Kamis, 07 Maret 2013

Kebahagiaan yang Tertunda #Part 9 Ending


“aku gak ingat semuanya!!,, kamu gak usah mengada-ada lagi.. ok dan sekarang lebih baik kamu pergi dari kehidupan aku” ujar Tara sambil meninggalkan aku pergi.
“Tara…. Kamu gak percaya aku? Aku sayang kamu!!!” teriak ku sambil mengejarnya.
namun Tara tak menghiraukan ku sedikitpun. Dia pergi meninggalkan restorant begitu cepat dengan motor ninja merah miliknya.

aku hanya terpaku didepan restaurant, aku hanya bisa menangis karena reaksi Tara yang begitu keras. Setelah itu aku putuskan untuk pulang kerumah dengan membawa kekecewaan.
Sesampainya aku dirumah tiba-tiba handphone ku berbunyi, ternyata itu telepon dari mama Tara.
“assalamu’allaikum,, ada pa tante?”
“wa’allaikumsalam,, Sa kamu bisa kesini kan?” tanya mama Tara dengan suara terisak-isak.
“tante kenapa namgis? Apa yang terjadi?”
“Tara.. Sa,, Tara masuk rumah sakit” ucap mama Tara tebata-bata.
“apa??? Rumah sakit mana tante??” tanya ku kaget dan meneteskan air mata.
setelah mendengar jawaban mama Tara aku langsung pergi ke rumah sakit yang mama Tara beri tahu. Disana aku melihat mama papa Tara dan juga adiknya menunggu di depan ruang ICU.
“Tante,, tara kenapa??” tanya ku sambil terisak.
“Tara kecelakaan setelah pulang dari restaurant tadi, motornya terjatuh hingga kepalanya terbentur badan jalan” ujar mama Tara.
“Taraa….kenapa ini harus terjadi sama kamu? Harusnya hari ini kita gak ketemu, jadi hal ini gak perlu terjadi” ujarku sambil terisak.
“udah sayang jangan menyalahkan diri kamu” ujar mama Tara sambil memelukku erat.
tak beberapa lama kemudian dokter keluar dari ruang ICU.
“Bapak keluarganya?” tanya dokter.
“iya dok,, saya papa nya. Bagaimana keadaan anak saya dok?”
“anak bapak mengalami pendarahan di kepalanya, tetapi semua sudah teratasi. Sekarang pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan” jelas dokter.
“terima kasih dok” ujar papa Tara.
“sama-sama pak” ujar dokter tersenyum.
Kini Tara pun sudah pindah ke ruang perawatan, tetapi sudah 3 jam setelah keluar dari ruang ICU Tara belum juga sadar. Malam pun kian larut, aku memutuskan untuk bermalam diruang rawat Tara bersama mama dan papa Tara, sedangkan adik Tara sudah pulang sejak tadi. Aku duduk tepat disamping tempat tidur Tara, karena mengantuk aku pun tertidur dengan posisi kepala diatas tempat tidur Tara disamping tangan Tara. Keesokan paginya aku terbangun karena aku merasa seperti ada yang membelai rambutku. Setelah aku membuka mata ternyata Tara lah yang membelai rambut ku.
“Tara,, kamu udah bangun?” tanyaku.
Tara hanya mengangguk dengan senyum diwajahnya. Aku merasa aneh sekali, kenapa dia tidak marah aku berada didekatnya.
“Tara,, kamu gak marah aku ada disini?”
“hmmm,, gak lah masa aku marah calon istri aku ada disini”
aku kaget mendengar kata-kata yg keluar dari mulut Tara tadi.
“ka..mu..kamu inget aku?” tanyaku terbata-bata dan mencoba duduk ditempat tidur Tara.
“iyaa,, aku udah inget semuanya” ujarnya dengan senyum yang selama ini aku kenal sebagai senyum khasnya Tara.
“kamu benar-benar udah inget semuanya?” tanyaku lagi dengan airmata yang menetes diwajahku.
“iyaa,, My Princess aku inget semuanya. Jangan nangis gini donk” ujar Tara sambil mengusap airmata dipipiku.
“aku kangen kamu ra” ujarku dengan mata berkaca-kaca.
“aku juga My princess” ujar Tara sambil memelukku.
Tak lama berselang mama dan papa Tara datang membawa sarapan pagi, mereka bingung dengan situasi yang mereka lihat.
“kalian???” tanya papa Tara dengan tatapan penuh Tanya.
“aku udah ingat semuanya pa” jawab Tara.
“kamu ingat semuanya Tara? Kamu ingat Salsa?” tanya mama Tara.
Tara hanya mengangguk dan tersenyum. Mama dan papa Tara langsung menghampiri Tara dan memeluk anaknya dengan kasih sayang.
Setelah Tara pulang dari Rumah Sakit hubungan aku dan tara kembali seperti dulu. Keluargaku pun sudah mengetahui semuanya begitupun dengan Radit. Tiga bulan terlewati dengan indah, persiapan pernikahan pun sudah 90% kini hari yang sangat aku tunggu akan datang. Semua keluarga, saudara-saudara, dan teman-teman datang ke acara pernikahan kami. Akad nikah pun berlangsung hikmat, dilanjutkan dengan acara resepsi. Kini kebahagiaan yang tertunda satu tahun lalu telah hadir dan memberi kebahagian pada aku dan Tara juga pada seluruh keluarga kami. 

“Mungkin saat ini kita belum merasakan kebahagiaan yang kita mau,, tapi yakinlah mungkin kebahagiaan itu hanya tertunda. Mungkin saat ini bukan saat yang tepat untuk kita mendapatkannya,, tapi yakinlah kelak disaat yang tepat kebahgiaan itu menanti kita. Tetaplah bersabar, tetap berusaha, tetap yakin, dan tetap berdoa pada-Nya. Karena beliaulah (Allah SWT) yang tahu mana yang terbaik untuk kita dan beliaulah yang punya rencana untuk kita”. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar