Senin, 20 Agustus 2012

Kebahagiaan yang Tertunda #Part 6

aku pun menurutinya dan aku diajak berjalan ke suatu tempat yang sangat aku kenal sekali. Dan ketika penutup mataku terbuka, aku tersontak kaget sekaligus bahagia melihat pemandangan lilin diatas kolam yang bertuliskan…
“WILL YOU MARRY ME”
Aku pun langsung menatap kesamping namun tak ada Tara disampingku. Dan aku pun tersadar kalau jari manisku terikat sebelum penutup mataku terbuka. Dan  kejutanpun tak hanya sampai disitu, aku pun melihat kemana tali itu terhubung,, ternyata tali itu dengan pagar balkon kamarku yang berada tepat di atas seberang kolam dari tempatku berdiri. Dan aku pun melihat Tara disana,, tak lama kemudian cincin indah berwarna perak dengan hiasan berlian kecil melingkar dijari manisku. Sungguh ku tak bisa menahan rasa bahagia ini, aku langsung memeluk mama yang berada disampingku. Tak lama kemudian Tara menghampiriku, sontak aku pun langsung memeluknya dan menjawab pertanyaanya “Yes,, I Wont to MARRY YOU”. Tak terasa airmata kebahagiaan pun jatuh dipipiku. Semua yang ada disana pun merasakan kebahagiaan itu.
Setelah pesta ditutup dengan makan malam bersama. Dan semua kembali kerumah masing-masing tetapi tidak dengan kak Sultan dengan istri juga anaknya. Mereka diminta mama untuk menginap karena hari sudah larut malam, tidak baik untuk melakukan perjalanan jauh. Aku pun istirahat dengan penuh kebahagiaan.
****
Selang 2bulan keluarga Tara datang kerumah untuk menentukan hari baik untuk acara pernikahan aku dan Tara, dan di tentukanlah hari sabtu tanggal 28 Januari 2012 sebagai hari pernikahanku. 1 bulan aku dan Tara pun sibuk mengurus semua keperluan untuk acara baik gedung, gaun pengantin, catering dan lain-lain, tetapi kami pun dibantu oleh orangtua kami masing-masing untuk mempersiapkan semua itu. Satu minggu sebelum acara kami pun mulai menyebarkan undangan kepada kerabat, tetangga, teman-teman kami dan juga kolega-kolega dari kedua keluarga. Satu hari setelah undangan tersebar aku dan Tara pun mengunjungi makam dari kakek dan nenekku untuk meminta restu mereka. Setelah itu kami pun pulang, tetapi diperjalanan pulang Tara dan aku pun terkaget melihat seorang anak menyebrang jalan begitu saja dan Tara pun membanting stir untuk mengindari si anak yang akhirnya mobil kami pun menabrak pohon dan terbalik. Kecelakaan itu  mengakibatkan aku mengalami kelumpuhan sementara dan juga aku pun harus menahan pahit dan sakit karena harus kehilangan Tara orang yang sangat aku cintai, yang harusnya sebentar lagi menjadi suamiku. Karena kecelakaan itu pernikahan pun dibatalkan. Semua sedih akan apa yang telah terjadi, terlebih lagi keluarga Tara karena mereka telah kehilangan anggota keluarga yang sangat mereka cintai. Tetapi kedua orangtua Tara masih menyempatkan diri menemuiku di Rumah Sakit dan mereka pun masih bisa menyemangatiku untuk tetap tegar dikala mereka juga merasakan sakit yang begitu dalam.
Hari demi hari ku lalui di atas kursi roda ini, tak ada semangat lagi untuk bisa berdiri setelah kepergian Tara. Hanya tangis dan tatapan kosong yang menghiasi hariku, aku pun seperti mayat hidup yang hanya duduk dikursi roda. Namun orang-orang didekatku tak pernah lelah untuk terus membuat ku bisa kembali seperti dulu. Begitu pun dengan Radit yang selalu ada disisiku, kadang dia menyuapiku makan dan dia pun tak pernah lelah membujukku untuk latihan berjalan. 1 bulan aku hanya ingin berdiam diri dikamar, walau terkadang mama mengajakku keluar rumah dan duduk di taman depan rumah sambil menyuapiku makan. Hingga akhirnya Radit bisa meluluhkan hatiku dan akhirnya aku pun mau terapi berjalan, walau sedikit sulit tetapi Radit selalu menyemangatiku. Sampai pada akhirnya setelah 2 bulan aku pun bisa berjalan, dan sedikit demi sedikit aku sudah mulai bisa tersenyum karena Radit selalu memberikan joke-joke yang membuatku tersenyum. Tetapi aku masih belum bisa melupakan Tara, ingatan tentangnya masih sangat melekat di hati juga pikiranku.
Bulan demi bulan ku lewati masih dengan kenangan tentang Tara, sulit rasanya melupakan semua saat-saat yang ku lewati bersama Tara. Hingga suatu hari Radit datang ke rumah ku untuk mengajak ku jalan-jalan.
“hai,, Sa!! Jalan yuk,, kita refresing gimana?”
“kemana?”
“ke puncak? Setuju gak?”
“kita berdua aja?”
“emmm,, maunya sih gitu..hehehe tapi… gak kok sabtu ini kita pergi sama mama papa kamu dan mama papa aku, si nanda juga mau ikut tuh jadi kamu ada temennya juga deh. Nanti disana ka sultan juga bakalan gabung sama kita kok”
“ohh,, emang udah bilang sama mama papa?”
“udah,, barusan aku ketemu mereka dan mereka setuju”
“yaa,, kalo gitu aku sih ikut aja” jawabku dengan senyum.
“siipp,, kalo gitu.. yaudah, aku pulang dulu ya.. assalamu’allaikum”
“wa’allaikumsalam”
seketika Radit pun meninggalkan ku di taman belakang.
Karena hari sudah larut akupun bergegas untuk istirahat ditambah lagi mama sudah menyuruh aku untuk istirahat.
*****
Hari sabtu pun tiba,, keluarga ku dan keluarga Radit kini pergi berlibur ke villa milik papa Radit. Kami pun menikmati liburan bersama ini. Dan sedikit demi sedikit aku mulai kembali seperti Salsa yang sebelumnya. Karena aku yakin Tara tidak suka melihat aku terus terperangkap dalam kisah pahit itu dan aku yakin Tara juga sudah hidup bahagia di sisi-Nya.
Banyak hal yang kami bincangkan bersama termasuk tentang pekerjaan ku yang telah hilang setelah kecelakaan itu. Tetapi akhir-akhir ini aku pun sudah mulai melamar di perusahaan-perusahaan yang ku cari sendiri atau yang di carikan Radit. Dan akhirnya aku pun mendapat pekerjaan kembali di salah satu perusahaan tempat teman Radit bekerja.
“Sa,, senin ini kamu udah mulai masuk kerja kan?”
“iya dit,, makasih ya ini juga berkat bantuan kamu”
“ahh,, gak lah Sa ini juga berkat kerja keras kamu” senyum Radit.
“oy,, aku mau jalan-jalan dulu ya dit” pamit ku.
“ehh,, aku temenin deh, gimana kalo kita naik sepeda bareng?” tawar Radit.
“emm,, ok.. tapi kamu tau kan aku….” Radit pun memotong ucapan ku.
“tau kok,, aku kan mau bonceng kamu” ujar Radit tersenyum.
Kami pun berkeliling kebun teh dengan sepeda. Senangnya hati ku menghirup udara nan sejuk disana, hingga kami pun berhenti di salah satu bukit. Kami berdua duduk bersama sambil menikmati pemandangan indah sore itu. Tetapi tiba-tiba aku terkaget,, karena Radit tia-tiba mengecup keningku. Aku pun sontak bergerak sedikit menjauh dari Radit.
“Sa,, maafin aku? Aku gak bermaksud apa-apa” jelas Radit.
aku pun hanya bisa terdiam membisu dan meneteskan airmata sambil memeluk kedua lututku. Aku pun di ingatkan kembali oleh masa-masa indah saat Tara masih berada di sisiku.
“Sa,, aku minta maaf? Aku sayang kamu” ujar Radit.
yang membuat airmata ku terus berderai. Radit pun mendekatiku dan memelukku,, aku pun menangis dalam pelukan Radit.
“maaf Sa,, kalo aku lancang bicara seperti ini. Maaf karena aku udah bikin kamu nangis?” ucap Radit sambil melepas pelukannya. Dan aku pun melihat airmata jatuh di pipinya.
“aku gak akan maksa kamu untuk mencintai aku,, karna aku tahu rasa itu hanya untuk Tara” ujar Radit sambil mengusap airmata di pipiku.
“tapi dibenakku hanya ingin membahagiakan mu Sa,, aku ingin mengembalikan keceriaan seorang Salsa seperti dulu lagi”
“terima kasih dit,, kamu udah mau pedulikan aku dan aku terima kata cinta juga sayang darimu.. tapi maaf,, aku belum bisa mencintai orang lain selain Tara” ujarku sambil terisak.
“gak apa-apa,, aku ngerti kok” ujar Radit mencoba menenangkan ku.
“kita pulang yuk,, udah mau gelap nih” ajak Radit dengan senyum khasnya.
aku pun mengiyakan ajakan Radit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar